Inovasi Dosen FKIP UMPR Hadirkan “Lilis Lamiang”: Modul Konseling Berbasis Kearifan Lokal untuk Remaja Broken Home

Palangka Raya – Tim dosen dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Palangkaraya (UMPR) kembali mencatatkan inovasi luar biasa melalui pengembangan modul konseling berbasis kearifan lokal bernama “Lilis Lamiang”. Program ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan yang didukung oleh Program Bantuan Prototipe tahun 2025.

Modul “Lilis Lamiang” dirancang khusus untuk membantu remaja dari keluarga broken home agar mampu beradaptasi dan menghadapi tekanan psikososial dengan lebih baik. Inovasi ini memadukan pendekatan Solution-Focused Brief Therapy (SFBT) dengan nilai-nilai budaya Dayak Ngaju, terutama falsafah “Lilis Lamiang” yang bermakna keteguhan hati, kesabaran, dan kekuatan moral dalam menghadapi cobaan hidup.

“Kami ingin menghadirkan model konseling yang tidak hanya teoritis, tetapi juga dekat dengan budaya lokal. Nilai-nilai Lilis Lamiang menjadi kekuatan spiritual yang bisa menuntun remaja agar lebih resilien dan berkarakter,” ujar ketua tim peneliti dalam laporannya.

Selain menghasilkan modul cetak dan digital, tim juga menyusun panduan implementasi bagi guru Bimbingan dan Konseling (BK). Panduan ini digunakan dalam pelatihan di beberapa sekolah mitra. Sebanyak 12 guru BK direncanakan akan dilatih untuk menerapkan modul ini secara langsung di sekolah masing-masing.

Dari sisi sosial, inovasi ini diharapkan mampu mengurangi perilaku menyimpang remaja, memperkuat daya lenting psikologis, serta membangun kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat adat. Dari sisi ekonomi, modul ini memiliki potensi untuk dikembangkan secara nasional, baik dalam format cetak maupun digital, melalui kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan platform edutech.

Proyek “Lilis Lamiang” juga menjadi tonggak penting dalam pengembangan konseling transkultural di Indonesia. Ke depan, tim peneliti berencana mengembangkan seri “Modul Konseling Nusantara” yang mengangkat nilai-nilai lokal dari berbagai daerah, seperti Mapalus (Sulawesi Utara) dan Tri Hita Karana (Bali).

Dengan keberhasilan ini, FKIP UMPR menegaskan komitmennya untuk terus berinovasi dalam pengembangan pendidikan yang berakar pada budaya lokal sekaligus menjawab tantangan sosial modern.